Anak-anak ini Harus Uji Nyali Menantang Maut Demi Bersekolah

Keadaan memprihatinkan masih saja banyak ditemui di negeri ini yang tahun ini berencana merayakan kemerdekaannya yang ke-70. Pembangunan yang belum merata menghambat aktivitas warga di daerah terpencil. Mirisnya lagi keadaan itu dialami oleh anak-anak generasi penerus bangsa dalam menuntut ilmu.

Masih banyak anak-anak Indonesia yang berjuang menantang maut demi dapat bersekolah. Keterbatasan infrastruktur didaearahnya memaksa mereka memelaluii rute yang berbahaya dikala menginjak menuju ke Sekolah. Seperti yang dilakukan siswa-siswi SD terpencil di Karanganyar ini misalnya. Mereka lantas menyeberangi jembatan gantung yang notabenenya bukanlah jembatan penyeberangan orang.

Anak-anak melintasi jembatan gantung untuk pergi sekolah (c) Facebook
Anak-anak melintasi jembatan gantung untuk pergi sekolah (c) Facebook
Jembatan ini sebenarnya sebuah talang irigasi yang dibangun pada saat penjajahan Belanda. Jembatan ini juga menghubungkan dua desa, yaitu Plempungan di Kabupaten Karanganyar beserta desa Suro di Kabupaten Boyolali, Jawa Tengah. Di bawah jembatan ini ada sungai Pepe yang mengalir deras.

Warga di tiga dukuh yakni Bolon di Kecamatan Colomadu, Karanganyar serta dukuh Gatak beserta dukuh Suruh di Kecamatan Ngemplak, Kabupaten Boyolali menetapkan untuk memanfaatkan jembatan gantung ini selaku jalan pintas penghubung dua desa. Ada papan kayu selebar 50 cm yang membentang ditengah jembatan, inilah yang menjadi pijakan mereka dikala melintas.

Sling baja menjadi pegangan saat melintasi jembatan (c) edukasi.kompasiana.com
Sling baja menjadi pegangan saat melintasi jembatan (c) edukasi.kompasiana.com
Mereka mengaku bahwa warga tak mengantongi alternatif lain selain melalui jembatan tersebut. Meskipun ada, mereka mesti berputar sejauh 8 km untuk menuju desa seberang. Mereka lebih memilih menyeberang melalui jalan pintas ini walaupun dengan resiko nyawa mereka terancam.

Pemandangan makin memprihatinkan saat mendapati setiap pagi banyak anak kecil yang melintasi jembatan ini. Ada yang berjalan kaki, ada pula yang membawa sepeda dengan cara menuntunnya. Mereka mesti beruji nyali setiap kali ke sekolah dan tak memperhatikan keselamatan mereka. Semangat mereka untuk bersekolah patut untuk dicungi jempol.

Tak ada standar keselamatan di jembatan ini karena ini bukanlah jembatan penyeberangan. Hanya ada sling baja yang terpasang di sisi barat jembatan yang digunakan untuk berpegangan. Keadaan ini sebenarnya sudah warga rasakan sejak lama dan mereka juga tak tinggal diam.

Warga tiga dusun tersebut sudah berulang kali mengajukan surat permohonan ke Pemkab Karanganyar maupun Pemkab Boyolali untuk membangun jembatan permanen. Namun permohonan warga urung ditindak lanjuti sampai kepala daerah di kedua kabupaten tersebut mengalami pergantian.

Related Posts

0 Response to "Anak-anak ini Harus Uji Nyali Menantang Maut Demi Bersekolah"

Post a Comment

Berkomentalah Sesuai Topik dan jangan Menaruh Link Aktif Mau Pun Mati

Iklan Atas Artikel

Iklan Tengah Artikel 1

Iklan Tengah Artikel 2

Iklan Bawah Artikel